(Foto Kompas.com/istimewa) 

DimensiNTB - Lombok Timur,

Atas keputusan Pemerintah menaikan harga BBM tidak saja mendapatkan penolakan, akan tetapi ada juga pergerakan elemen pergerakan Mahasiswa mendukung kebijakan pemerintah tersebut.

Sebelumnya, Beberapa hari belakangan ini, Aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan berbagai elemen pergerakan mahasiswa di Lombok Timur terus disuarakan.

Hal berbeda pandangan dari Mahasiswa Lombok Institut Teknologi (LIT) mendukung kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), mulai dari harga BBM bersubsidi Pertalite dan Solar hingga BBM non-subsidi Pertamax.

Dukung Mereka kepada keputusan Pemerintah menurutnya, karena apa yang dilakukan pemerintah merupakan bentuk keadilan subsidi untuk rakyat.

"Di balik penyesuaian ini, ada komitmen kuat dari Pemerintah untuk menata pos-pos subsidi, yang awalnya dinikmati sekitar 70 persen kalangan menengah ke atas berubah untuk masyarakat bawah," ujar Muhammad Hatta salah Satu Mahasiswa LIT, Senin (05/09).

Salah satu Mahasiswa LIT, menegaskan dengan mengutip ucapan presiden Jokowi dalam pidatonya, terkait perubahan harga BBM adalah ikhtiar Pemerintah untuk menempatkan subsidi kepada masyarakat lebih berhak, yakni kalangan bawah (red - Jokoswi) .

"Ini justru bentuk keadilan subsidi untuk rakyat," cetus Hatta.

Kebijakan penyesuaian harga BBM, sambung Hatta, merupakan langkah realistis yang harus diambil Pemerintah agar beban negara tidak semakin berat. Dengan pengurangan subsidi untuk BBM, maka keuangan negara diharapkan menjadi semakin sehat.

Masih kata Hatta, seperti diketahui subsidi dan kompensasi Negara untuk BBM dari APBN 2022 sudah meningkat hingga tiga kali lipat, yakni dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

"Memahami situasi ini memang tidak mudah untuk dihadapi, apalagi saat ekonomi belum benar-benar pulih akibat pandemi COVID-19. Namun, ia yakin ini sejatinya adalah opsi paling realistis untuk kebaikan negara dan rakyat," kata dia.

Dikatakan lagi, kenaikan harga BBM bersubsidi maupun non-subsidi ini, merupakan bentuk penyesuaian Pemerintah terhadap harga minyak dunia yang kian melonjak. BBM bersubsidi Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter dan solar dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, sementara BBM non-subsidi Pertamax naik dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Ia menegaskan pula, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dengan serius. maka menurutnya, dikhawatirkan akan berdampak kurang baik terhadap situasi di dalam negeri, baik sektor ekonomi, sosial, maupun politik.

Meski demikian, Ia meminta berharap kepada Pemerintah untuk penyesuaian harga BBM itu benar-benar dilakukan dengan baik, serta kemunculan kasus - kasus kebocoran subsidi tidak kembali terulang, seperti yang selama ini terjadi.

Selain itu, Hatta mewakili Mahasiswa LIT, juga meminta pemerintah serius dalam melakukan pendistribusian anggara pengalihan subsidi untuk rakyat kecil.

Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama - sama melakukan pengawalan dan memantau pendistribusian pengalihan subsidi melalui program bantuan. Karena ini sangat penting, seperti bantuan langsung tunai (BLT), bantuan upah pekerja, dan lainnya.

"Pemberian kompensasi adalah sebuah keniscayaan. Namun, jangan sampai program ini tidak tepat sasaran atau diselewengkan. Hal itu akan menimbulkan masalah baru sehingga rakyat gagal tersentuh dari manfaat penyesuaian subsidi itu," tangkasnya. (*)