(foto/istimewa)

Dimensintb.com - Masyarakat Desa Bagik Nyakata Santri (BNS) di Kecamatan Aikmel, NTB, telah memberikan contoh nyata tentang bagaimana etika dalam mengkritik pemerintah dapat memunculkan perubahan positif. Keritakan ini tanpa perlu melakukan aksi demo.

BNS dikenal sebagai desa santri dengan berbagai pondok pesantren, termasuk Pondok Pesantren Al-Mannan dan Pondok Pesantren Assunnah. Keberadaan pondok pesantren ini telah memengaruhi etika berpolitik dan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Salah satu contoh etika yang patut dicontoh adalah kemampuan mereka untuk mengkritik Pemerintah Desa (Pemdes) ketika merasa tidak diperhatikan. Mereka tidak hanya sekadar mengkritik, tetapi juga bertindak.

Masyarakat BNS bergotong royong dalam mengumpulkan dana dan sumber daya untuk merabat jalan sepanjang 370 meter. Dana yang digunakan untuk proyek ini sepenuhnya berasal dari sumbangan dan swadaya masyarakat.

Karang Taruna BNS, sebagai lembaga yang dipercayai masyarakat, mengumpulkan sumbangan berupa barang dan uang untuk proyek tersebut. Kemudian, bersama-sama dengan masyarakat, mereka bekerja keras pada malam hari untuk menyelesaikan proyek ini.

Selain masyarakat, pondok pesantren di BNS juga turun tangan dengan menyumbangkan semen dalam jumlah besar.

Ketua Karang Taruna BNS, H Arifin, menjelaskan bahwa semangat gotong royong dalam proyek ini merupakan hasil dari kritik yang dilakukan dengan etika.

Dia menegaskan bahwa mengkritik tidak selalu harus berujung pada aksi atau keributan.

"Masyarakat telah mengkritik kondisi jalan dusun ini tanpa mendapat perhatian. Dari sinilah masyarakat berinisiatif untuk bergotong royong dan membiayai perabatan jalan ini," ungkap H Arifin, kepada media ini, Senin, (11/09).

Inisiatif dan semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh masyarakat BNS adalah contoh positif bagaimana kritik yang dibarengi dengan tindakan yang konstruktif dapat membawa perubahan yang nyata dalam masyarakat.(DN)