(foto/istimewa)

Dimensintb.com, Lombok Timur - Event Budaya Masbagik Festival ke-8 kembali digelar. Masbagik ini yang diselenggarakan oleh Lembaga Lombok Membaur (Lembur), bekerjasama dengan pecinta tradisional Masbagik. Bertemakan "Dari Masbagik Menuju Pemilu Damai".

Rencana kegiatan event ini akan berlangsung dari tanggal 22-28 Oktober 2023. Dimana pada festival ini dirangkaikan dengan atraksi budaya yakni belanjakan, sedangkan untuk perisaian sendiri akan dimulai dari tanggal 29 oktober - 10 November 2023.

Kepada media, Humas Lembur Alif RJ menjelaskan, belanjakan merupakan warisan budaya masyarakat Masbagik, yang terdiri dari dua penamaan terhadap tradisi ini, Belanjakan dan Pelanjakan.

"Untuk diketahui dua sebutan ini memiliki arti yang sama," ungkapnya, Senin (23/10).

Lebih dikatakan Alif, Belanjakan berasal dari suku kata bahasa Sasak (Lombok), yaitu “Lanjak” yang berarti menendang sambil mendorong, diberikan imbuhan "Be" untuk menunjukan kegiatan itu sedang dipertunjukan.

Belanjakan, sambung Alif, dalam sebutan populernya hingga sekarang, dimana Belanjakan merupakan pertarungan dua orang laki-laki dengan tangan kosong. kaki sebagai senjata dan tangan sebagai prisai.

Secara umum tradisi ini berkambang di masyarakat Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur. Pada permainan belanjakan diperbolehkan satu lawan dua orang atau lebih, namun dalam perkembangannya dilaksanakan dengan system permainan satu lawan satu.

"Permainan ini diperkirakan sudah ada, sejak abad ke-13. Dan permainan ini selalu dilakukan setelah panen. Sebagai sarana hiburan karena rasa suka cita masyarakat Masbagik atas keberhasilan panen yang melimpah saat itu,"ungkpanya.

Peraturan dalam permainan Belanjakan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Menurut Alif yang dulunya hanya pada saat terang bulan sebelum menanam padi dan sesudah memotong padi. Saat ini, lebih sering dilakukan pada sore hari. Dan walau masih khusus dilakukan pada saat terang bulan, tetapi tidak khusus sesudah panen.

Permainan ini dikhususkan bagi laki-laki dewasa maupun remaja dan biasanya dilakukan antara kelompok desa satu dengan desa lainnya. Permainan dulunya berlangsung beberapa malam. Tiap kelompok mengambil tempat pada sisi arah mata angin.

"Jadi dengan adanya event seperti ini, tentu merupakan salah satu upaya kita dalam menjaga tradisi orang tua kita zama dulu,"pungkasnya.(DN)