Figur Ulama Kharismatik TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, (dok/DN) 

Dimensintb.com-TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, adalah figur ulama kharismatik yang memiliki andil besar dalam dunia pendidikan sosial dan da’wah di tanah air Indonesia. Beliau adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bernama Nahdlatul Wathan (NW) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Bhanat Diniyah Islamiah (NBDI).

Foto: TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Saat Jadi Anggota Konstituante (DPR – MPR RI)

TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan surat Keputusan Presiden Nomor:115/TK/ tahun 2017 tertanggal 9 November 2017 yang diberikan langsung oleh Presiden RI H.Joko Widodo yang diterima oleh kedua putri beliau yakni Hj.Sitti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid dan Hj.Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, di Istana Negara.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid lahir di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 20 April 1908. Nama kecilnya yaitu Muhammad Saggaf. Namun usai menunaikan ibadah haji, namanya pun diganti menjadi Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan putra keenam dari Abdul Madjid dan Halimah al-Sadiyyah.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengawali pendidikan ilmu pengetahuannya melalui pendidikan dalam keluarga. Ia diajarkan caranya mengaji dan berbagai ilmu agama Islam lainnya yang dididik langsung oleh sang ayah, dimulai sejak Abdul Madjid berusia lima tahun. Setelah berusia 9 tahun, ia menjalani pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat Negara sampai tahun 1919.

Setelah lulus dari sana, ayahnya mengirimnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas lagi dan untuk lebih memperdalam lagi ilmu agamanya, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pun berangkat ke Mekah.

TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kecil belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemudian beliau kembali ke Indonesia atas perintah dari guru yang paling beliau kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934.

Setiba di Pulau Lombok dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia, mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau juga mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita.

Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut berubah nama menjadi pondok pesantren ‘Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan’. Istilah ‘Nahdlatain’ beliau ambil dari kedua madrasah tersebut. Beliau aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok sekaligus mengajar.

Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.

Pada zaman penjajahan, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan al-Mujahidin”.

Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.

Al Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama’ pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa perjuangan dan pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia, dari masa merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.

Oleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 beliau dianugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat.

Di antara inovasi/rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafa’at al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin.

Sebagai seorang Ulama’ mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau. (dikutip dari berbagai sumber/red)