Tradisi Tiu yang dilaksanakan masyarakat Desa Jantuk Kecamatan Sukamulia. (foto/DN) 

Dimensintb.com - Tradisi yang terus dijaga dan di budayakan dari generasi ke generasi, sampai dengan saat ini oleh masyarakat Desa Jantuk Kecamatan Sukamulia yaitu salah tradisi yang disebut Tiu dalam istilah arak-arakan menunggang Kuda pada setiap satu kali dalam setahun.

Tradisi ini bisanya dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan ibadah puasa atau tepatnya setelah Lebaran. Bahakan saat ini, sejumlah persiapan pelaksanaan sudah di mulai sejak Pekan pertama Ramadhan 1444 H, oleh Masyarakat Desa Jantuk Kecamatan Sukamulya Kabupaten Lombok Timur, pada Tahun 2023.

Desa Jantuk Kecamatan Sukamulia ini sendiri merupakan Desa yang memiliki tradisi unik saat hari lebaran. Bagaiman tidak semua warga setempat baik Pria dan Wanita sama-sama keluar ke jalan dengan membawa kuda tunggangannya berjalan beriringan seperti pawai. Tradisi inilah yang di sebut oleh warga dinamakan Tiu.

Tradisi Tiu ini konon dilakukan sebagai bentuk nilai-nilai perjuangan Masyarakat dalam melawan para penjajah oleh nenek moyang mereka. Memang Masyarakat Jantuk yang merupakan keturunan Sumbawa dahulu banyak mengandalkan hidupnya dari beternak kuda.

Dalam pantauan media ini, beberapa persiapan terlihat menjelang lebaran yang tinggal beberapa hari lagi. Salah satunya warga setempat terutama anak muda sudah bersiap-siap untuk menyewa kuda dari berbagai pelosok di Pulau Lombok.

Bahkan sejak satu minggu puasa berjalan sudah dibangun komunikasi, hingga ada juga yang sudah buat kesepakatan dengan pemilik para kuda. Tak itu saja, masyarakat setempat terus berupaya mencari kuda sampai dapat.

"Kita masing-masing disini seminggu ini sudah mencari dan berkomunikasi dengan pemilik kuda yang akan kita sewa," terang Mbak Ecik salah satu warga setempat, Minggu (16/04), kepada media ini.

Menurutnya, saat ini lokasi penyewaan kuda agak langka di Lombok. baik di Mataram, Lombok Tengah dan bahkan Lombok Timur Sendiri agak sulit khususnya di tahun ini. Bahkan ia sebutkan harga sewa persatu ekor Kuda hingga Tiga jutaan rupiah.

"Harga sewa kuda cukup mahal berkisar dari 2 juta hingga 3 juta rupiah," sebutnya.

Lebih jauh ia menuturkan, dimasa nenek moyang mereka, kuda-kuda yang digunakan untuk kegiatan tradisi Tiu atau istilahnya pawai itu. Kuda itu dihiasi dengan bunga-bunga dan selendang berwarna warni di lehernya dan rambut kepalanya biar kelihatan cantik dan menarik.

"Kanon dulu jaman nenek moyang kita kuda-kuda itu di hias dengan bunga-bunga dan selendang berwarna warni di lehernya dan rambut kepalanya biar kelihatan cantik, tapi saat ini sudah berbeda jarang di rias, para pemuda hanya menunggang bolak balik sekitar jalan besar yang ada di Desa Jantuk sampai batas waktunya yang sudah di tentukan," cetusnya.

Biasanya ratusan kuda itu mulai didatangkan ke Desa Jantuk di hari Lebaran, tepatnya pada sore harinya. Kuda yang ditangkan itu semua memang sengaja disewa oleh warga setempat untuk ditunggangi pada hari Lebar. Tak itu saja, bahkan Keluarga Desa Jantuk yang Tinggal di Luar Jantuk bahkan diluar daerah pulang Mudik pada hari lebaran sekaligus untuk bisa mengikuti tradisi tersebut.

"Warga Jantuk yang berada di luar juga kalau lebaran dia mudik untuk mengikuti tradisi Tiu, bahkan mereka yang datang dari luar lombok Timur, menginap di Jantuk hanya untuk menyaksikan Tradisi Tiu," terang mbak Ecik .

Kegiatan Tradisi Titu tersebut dilaksanakan pada sore dan pada malam hari di hari lebaran. Pada hari lebaran sekitar pukul 16.00 Wita atau setelah selesai salat Ashar, masyarakat menunggang kuda dan memacu kuda mereka di jalanan hingga pukul 17.30 Wita, atau sebelum Maghrib. Setelah itu kuda mereka diistirahatkan untuk dilanjutkan pada dini harinya.

“Setelah dilakukan pada sore hari, tradisi ini juga dilakukan pada pukul 03.30 WITA sampai pukul 06.30 pagi. Baru setelah itu warga beristirahat,” tandasnya.(*)