Penjabat Bupati Lombok Timur saat berdiskusi langsung langsung dengan para Peternak ayam petelur.

Dimensintb.com, Lombok Timur - Keberadaan komoditi Jagung di Lombok Timur saat ini alami kelangkaan dengan harga yang melambung tinggi, pada kisaran Rp10 ribu/kg.

Salah satu sektor yang terdampak dari mahalnya harga Jagung itu adalah para pelaku peternak ayam petelur, bahkan mereka terancam gulung tikar, karena tidak mampu menjalankan produksi.

Terkait hal itu, Penjabat Bupati Lombok Timur, HM. Juaini Taofik memberikan respon cepat, dengan langsung mengumpulkan pihak terkait yakni  Kepala Bulog, Kapolres,  Dandim 16/15 dan Pengurus Asosiasi peternak ayam petelur Lombok Timur

"Kami tetap berupaya untuk mencari solusi. Dan hari ini kita akan bedah semuanya untuk mendapatkan solusi terbaik bagi peternak kita di Lombok Timur," katanya, Rabu (24|1)

Pada pertemuan itu, diputuskan Perusahaan Daerah (PD) Agro Selaparang untuk membedah skema teknis dengan pihak penyedia pakan Jagung dan menjalin kerjasama dengan pihak itu, sebagai solusi jangka panjang bagi para peternak di Lombok Timur.

"Kita dorong nanti BUMD kita bangun kerjasama dengan Bulog. Sehingga nantinya para peternak ayam petelur ini bisa membeli pakan jagung di sana (PD Agro Selaparang)," ungkapnya.

Dengan tegas, dirinya menyatakan kedepan pihaknya akan memberikan kemudahan bagi para peternak untuk mendapatkan pakan di PD Agro Selaparang. "Nanti para peternak kita bisa membayar pakan setelah panen," tekannya.

Terkait itu, Kepala Sub Drive Bulog Lombok Timur, M Syaukani menyambut baik apa yang disampaikan Pj Bupati. "Kami siap menjalin kerjasama dengan PD Agro Selaparang, karena ini akan sangat bagus bagi para peternak kita," ucapnya.

Kendati demikian, dia menyebut saat ini ketersediaan komoditi Jagung memang tidak tersedia. Dan untuk penyediaan dari skema impor, dia menyatakan regulasinya bukan di Bulog saja, melainkan di Kementerian Perdagangan dan Bappenas.

"Kita harap peternak untuk bersabar, karena saat ini stok jagung kita tidak ada. Kita harus tunggu jagung impor," ucapnya.

Pada pemberitaan sebelumnya, para peternak ayam petelur di Lombok Timur mengeluhkan langka dan mahalnya harga pakan jagung. Persoalan itu lantas berdampak pada  meningkatnya harga telur di pasaran, karena para peternak harus menutup biaya produksi.

"Celakanya saat kami naikkan harga, telur produksi kita kalah saing sama telur dari luar daerah. Jadinya telur kita tidak laku," kata Ridwan salah seorang peternak asal Masbagik kemarin.

Alhasil, langkah para peternak untuk menaikkan harga telur itu tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran produksi para peternak, mereka pun terancam merugi dan bahkan tidak bisa lagi menjalankan usahanya.

"Saat ini kita keluhkan harga pakan mahal, tapi harga telur dipasaran tidak naik. Kalau begini usaha kita bisa gulung tikar," tandasnya. (*)