![]() |
| (foto/istimewa) |
Dimensintb.com, Lombok Tengah - Seluruh peserta event Sky Lancing Paragliding Xcross Country Championship 2025 gagal take off. Musababnya kecepatan angin di atas batas maksimum untuk terbang mencapai 35 km/jam hingga pukul 13.00 Wita.
Mic Director atau Sutradara Pertandingan Sky Lancing Paragliding Xcross Country Championship 2025 Aries Pribaya mengatakan kecepatan angin sejak pukul 11.00 Wita masih berada di atas 25 km/jam di atas landasan take off bukit Sky Lancing, Lombok Tengah.
Imbasnya, sebanyak 32 peserta yang ikut terbang pada hari pertama event menuju ke halaman kantor Bupati Lombok Barat di Kecamatan Gerung Lombok Barat, NTB gagal dilakukan.
"Tadi sudah kita lakukan briefing sebelum take off. Tapi kondisi alam dan cuaca belum mendukung," kata Aries ditemui di Bukit Sky Lancing, Lombok Tengah, Rabu siang (15/10).
Selain itu, berdasarkan hasil breafing pukul 11.00 Wita, semula landasan Landing para peserta akan dialihkan ke persawahan warga di Desa Giri Sasak, Kecamatan Kuripan atau Desa Tempos di Kecamatan Gerung. Rencana itu dilakukan demi keselamatan para peserta.
"Risikonya lebih tinggi, kami tidak akan memaksakan landing di kantor Bupati, Lombok Barat," ujar Aries.
Menurut Aries, berdasarkan hasil free practice yang dilakukan pada Selasa siang (14/10) kemarin, kondisi cucaca sangat mendukung. Dari 4 peserta yang melakukan uji coba lintasan seluruhnya berhasil landing dengan selamat di halaman kantor Bupati Lombok Barat.
"Secara lomba kita selalu mengarahkan ke kantor Bupati Lombok Barat secara di sana point untuk landing. Tapi kalau tidak memungkinkan akan kita arahkan ke lokasi persawahan warga," ujarnya.
Pria asli Sumedang ini mengaku lomba Paragliding Xcross Country Championship 2025 ini akan dilanjutkan pada Kamis (16/10) besok pukul 12.00 Wita. Meski begitu, panitia lomba bakal tetap memperhatikan kondisi cuaca.
Dijelaskan, event ini bukan sekadar terbang di udara, event ini adalah perpaduan antara kompetisi, eksplorasi, dan filosofi kebebasan, di mana setiap pilot berpacu dengan waktu, angin, dan dirinya sendiri.
Berbeda dari paralayang biasa yang berputar di sekitar area lepas landas, X’Cross Country menuntut peserta menempuh lintasan jarak jauh dari satu titik ke titik lain menggunakan tenaga alam — arus termal dan angin. Tak ada mesin, tak ada pendorong, hanya insting, strategi, dan kemampuan membaca cuaca yang menentukan sejauh apa mereka bisa melayang.
Setiap pilot X’Cross Country sejatinya adalah “pembaca langit” yang ulung. Mereka belajar memahami arah angin dari gerakan daun, membaca termal dari bentuk awan, dan memperkirakan kestabilan udara dari suhu tanah.
Di sinilah keindahan sekaligus tantangan event ini: sains dan insting berpadu dalam harmoni. Tak ada rumus pasti—hanya pengalaman, kepekaan, dan keberanian yang berbicara.
Keunikan Paralayang X’Cross Country adalah bagaimana olahraga ini mengajarkan manusia untuk berkompromi dengan alam, bukan menaklukkannya. Pilot tidak memaksa langit tunduk pada keinginannya, tetapi menunggu saat terbaik ketika alam memberi izin untuk terbang.
Jin Hei, peserta asal Korea Selatan mengaku senang bisa mengikuti lomba paralayang Xcross Country di Lombok Tengah. Menurut dia pemandangan di bukit Sky Lancing ini cukup memukau.
"Bagus ya. Indah juga bukitnya. Tahun depan kalau diadakan kembali kami akan ajak 20 orang dari Korea untuk ikut," katanya.(*)

Comments
Post a Comment